Halaman

Jumat, 23 Desember 2011

Penerima Nobel itu adalah Bapak Para Warga Miskin

Prof. Muhammad Yunus, Ph.D.
Nama beliau adalah Muhammad Yunus, lahir di desa Bathua, Hathazari, Chittagong, sebelah timur Kota Bengal, Bangladesh pada 28 Juni 1940. Ayahnya adalah seorang pandai emas yang selalu mendorong anak-anaknya untuk meraih pendidikan yang lebih tinggi. Ibunya bernama Sufia Khatun, seorang ibu rumah tangga yang menginspirasi Muhammad Yunus untuk berbagi bagi masyarakat miskin di kemudian hari. Ibunya mendatangi ke rumah-rumah warga miskin untuk memberikan bantuan agar terjadi pengurangan kemiskinan.

Muhammad Yunus adalah seorang Professor ekonomi di Universitas Chittagong. Beliau adalah lulusan universitas Dhaka dan mendapatkan beasiswa Fulbright ke Universitas Vanderbilt di Amerika Serikat untuk gelar Ph.D.nya dan meraih gelar Profesornya di Universitas Middle Tennessee State, Amerika Serikat.

Kamis, 22 Desember 2011

Setiap Usia itu Karunia untuk Sukses.

Kita mungkin sering kali mendengar ucapan; " Saya terlalu tua" atau "Saya terlalu muda", atau bahkan kita sendiri yang mengatakan hal tersebut. Ini adalah ciri dari penyakit dalih usia. Di mana penyakit ini membuat pengidapnya merasa tidak pernah berada pada usia yang tepat.

Orang dengan "penyakit" ini merasa usianya menghalanginya melakukan sesuatu,  melakukan perubahan dan berbagai macam hal lainnya. Dalih ini kadang menghalangi banyak orang  untuk membuka pintu-pintu peluang. Sehingga orang-orang ini bahkan tidak berniat untuk mencoba.

"Penyakit" ini dapat disembuhkan menurut Dr. Schwartz. Berikut adalah catatan dari tulisan Beliau.

Sabtu, 17 Desember 2011

Bagaimana Menghindari Dalih Kecerdasan Sebagai Penghambat Kesuksesan & Pengembangan Diri

The Magic of Thinking
Big bahasa Indonesia
Kita mungkin sering mendengar dalih kecerdasan dalam keseharian kita. Contohnya antara lain adalah: "saya kurang cerdas", "tentu saja dia bisa, dia lebih cerdas daripada saya", dsb.  Atau bahkan kita sendiri adalah pengidap "penyakit' ini.

Hal ini sebenarnya menunjukkan kesalahan kita dalam memahami kecerdasan. Ya, ada dua kesalahan dalam dalih kecerdasan ini, yaitu:
1. Kita merendahkan & meremehkan kekuatan otak kita sendiri, dan
2. Kita terlalu menganggap hebat kekuatan otak orang lain.

Karena kedua kesalahan ini, banyak yang sering meremehkan nilai diri sendiri. Orang-orang yang menderita penyakit ini terlalu khawatir, sehingga gagal untuk suatu tantangan tersebut karena merasa diperlukan otak yang cerdas untuk memenuhi penyelesaian tantangan tersebut. Akan tetapi datanglah orang yang tidak perduli mengenai kecerdasan, dan ia mendapatkan kesempatan tersebut.

Yang penting sebenarnya bukanlah berapa hebat kecerdasan kita, tetapi bagaimana kita menggunakan apa yang benar-benar kita miliki. Pikiran yang memandu kecerdasan kita jauh lebih penting daripada kuantitas kekuatan otak kita. Atau dikenal sebagai "Emotional Quotient" oleh David Goleman.

Kamis, 15 Desember 2011

Perkiraan risiko terjadinya dekubitus dengan Skala Braden

Dalam perawatan yang cukup lama, baik di bangsal rumah sakit maupun di rumah, terutama klien dengan keadaan kronis dan imobilisasi, risiko terjadinya dekubitus (pressure ulcer) akan meningkat. Maka diperlukan suatu perkiraan dan pencegahan terhadap dekubitus ini secara sistematis. Karena dekubitus dapat merugikan klien secara fisik dan materi, karena dapat mengakibatkan kerusakan tubuh dan memerlukan dana tambahan untuk melakukan perawat jaringan dekubitus tersebut. Dekubitus dapat memiliki dampak psikis, berupa Harga Diri Rendah dan beberapa efek lainnya.

Dalam mengidentifikasi risiko dekubitus, ada beberapa skala pengkajian risiko tersebut, antara lain; 1. Skala Gosnell, 2. Skala Norton, 3. Skala Braden. Ketiga skala ini bertujuan mengidentifikasi risiko tinggi-rendahnya kemungkinan untuk terjadinya dekubitus dan segera melakukan tindakan pencegahan agar tidak terjadi dekubitus di kemudian hari sesuai tingkatan risiko.

Selasa, 13 Desember 2011

Ingin kulit sehat? Kulit keriput? Hindari merokok.

Merokok ternyata bukan hanya dapat mengganggu kesehatan sistem pernafasan serta jantung dan pembuluh darah kita. Ternyata rokok juga dapat mengganggu kelenturan kulit kita. Bahkan kadang perokok berat dapat terlihat lebih tua dari pada umur sebenarnya. Hal ini dikarenakan sifat rokok mencegah tubuh memproduksi Nitric Oxide. Fungsi Nitric Oxide adalah memperlebar pembuluh-pembuluh darah di kulit kita yang berfungsi mensuplai kebutuhan gizi kulit, sehingga kulit  dapat menjadi kencang salah satunya.


Nah dengan berhenti merokok, maka tubuh akan dapat memproduksi dan mendistribusikan Nitric Oxide dengan baik kembali. Dengan ini, maka distribusi gizi ke seluruh tubuh, dalam hal ini kulit akan lebih baik, sehingga Anda dapat mempertahankan kekencangan kulit Anda, bukan mempertahankan kekeriputannya.

Anda ingin kulit sehat? Tunggu apa lagi? Mari hindari rokok. :)

Jumat, 02 Desember 2011

Mencoba; bagian dari pembelajaran. Tak perlu takut!


Dalam hidup tak perlu takut untuk mencoba, walaupun risikonya adalah salah, gagal, dihina, mendapat cemoohan, ditentang, bahkan kadang merugi...karena semua itu adalah bagian dari proses pembelajaran sepanjang hidup, pembelajaran untuk sukses, pembelajaran untuk menjadikan manusia yang “lebih besar”, manusia yang lebih beradab, manusia yang lebih berilmu, atau seperti yang sering diungkapkan oleh Mario Teguh; menjadi ” Individu Super”, atau dalam pandangan saya; menjadi manusia yang lebih bermanfaat untuk orang lain; keluarga, agama dan masyarakat.

Semuanya adalah pembelajaran; sejak dalam buaian hingga liang lahat. Menjadi sukses, menjadi Individu Super atau apapun istilahnya semuanya bukanlah tujuan akhir, karena kesemuanya adalah bagian dari proses. Dikatakan proses karena kita harus selalu mengikuti perkembangan zaman dengan tetap berpegang teguh pada prinsip kita masing-masing, sehingga kita harus selalu “memperbaharui” diri kita masing-masing untuk mengejar tujuan kita masing-masing tadi. Sehingga apabila kita tidak “memperbaharui” diri kita sendiri, “kesuksesan” bahkan diri kita sendiri bisa menjadi “kadaluarsa” dan tak akan lagi membawa manfaat kepada orang lain bahkan bagi diri kita sendiri.

Yakin kita bisa!!! Tetapkan tujuan!!! Saya yakin Anda BISA!!!YAKIN pada diri Anda sendiri!!!

Saya YAKIN kepada Anda, kenapa Anda tidak yakin pada diri Anda sendiri???
Ya, Anda pasti Bisa!!!

Tanamkan sifat Guru dan Murid dalam setiap Pribadi Kita.


Sifat Guru dan Murid adalah sifat di mana setiap individu siap belajar; belajar dari mana saja, dari siapa saja, kapan saja dan tentang apa saja dengan suatu “filter” dari prinsip internal kita serta siap mengajarkan dan mengaplikasikan ilmu yang dimilikinya kepada siapa saja, di mana saja dan kapan saja untuk kepentingan masyarakat banyak. Sehingga tercapai pola pembelajaran sepanjang hayat dan juga tercapai kemanfaatan diri bagi orang lain, seperti yang diajarkan oleh Baginda Muhammad SAW dan Para Nabi sebelum beliau, termasuk Yesus (Nabi Isa AS), Yohanes Pembaptis (Yahya AS), Yosef (Yusuf AS), Musa AS, Abraham (Ibrahim AS), dst.


NB :

Inti pemikiran diambil dari pemikiran KH Ahmad Dahlan, Bapak Pendiri Muhammadiyah, bapak pemurni dan pembaharu Islam Indonesia, Salah 1 tokoh pejuang Nasional Indonesia dan tokoh pendidikan Indonesia. Secara khusus dengan pengembangan oleh penulis ( Jeri Ripaldon).

Akar Krisis Dimensional Pada Indonesia Kita Tercinta

Acara-acara televisi...hingga iklan-iklan nya...film produksi dalam negeri...hampir smuanya berisi ataupun setidaknya menyisipkan materi pornografi...hedonisme...kekerasan...kebebasan yg terlampau bebas...tindakan-tindakan amoral...(dengan alasan pangsa pasar yg menghendaki nya, memiliki nilai jual tinggi,menarik minat penonton dg hasil akhir yaitu pemasukan kas yg meroket ataupun kebebasan berpendapat/berekspresi/kebebasan pers/penyiaran yg berlebihan, dsb)...sehingga semuanya banyak tersimpan di alam bwh sadar kita...terutama anak-anak dan remaja...

Sehingga jangan heran kalau terjadi perilaku-perilaku menyimpang di masyarkat kita dewasa ini,rusuh, pengrusakan, kekerasan, perilaku seksual menyimpang, perilaku seks bebas, hingga akhirnya korupsi, kolusi, mafia hukum dsb yg awalnya berasaskan pada hedonisme (perilaku yg mengikuti hawa nafsu secara mutlak; termasuk akan harta sehingga berakhir pada bangsa konsumtif yang hanya bersifat membeli barang-barang produksi bangsa lain, dengan hanya bisa memproduksi sedikit barang-barang yang kompetitif secara mandiri, mencari uang dengan menjual hasil alamnya tanpa mempedulikan lingkungan dan tanpa bs mensejahterakan masyarkat sekitarnya dan bangsa ini secara utuh, karna perjanjian yg sangat tidak menguntungkan bangsa Indonesia sendiri, justru menguntungkan pihak-pihak kapitalisme baik luar maupun dlam negeri).

Inilah akar permasalahan krisis multidimensional ini kita selama ini,hingga negara kita susah maju mengimbangi negara-negara lain.

Media kita terlalu liberal...bahkan terlalu dan jauh sangat liberal dibandingkan dengan Amerika Serikat sendiri yang secara tegas membatasi tayangan-tayangan tertentu pada waktu-waktu yang tidak dapat diikuti oleh anak-anak...ataupun memang dibatasi secara mutlak...dan kesadaran orang tua akan pemilahan mana yang layak maupun yg tidak layak dan bersedia mendampingi anak-anak mereka saat menonton televisi, itulah yang terjadi di negara adikuasa yg maha liberal itu telah cukup baik dlm pengawasan medianya maupun penanaman kesadaran akan pentingnya pendampingan orangtua atas tontonan anak-anaknya.

Bagaimana dengan Indonesia? Kebijakan-kebijakan telah dibuat...Komisi Penyiaran telah dibentuk...lembaga sensor telah didirikan...sangsi-sangsi telah ditetapkan...tapi implementasi nya masih sangat dipertanyakan...sehingga sangat tidak efektif di lapangan. 

Akhir kata kesadaran orang tua dan manusia-manusia dewasa lainnya sangat diperlukan pada keadaan bangsa kita sekarang ini dalam pengawasan,pendampingan, dan memberikan pemahaman-pemahaman akan tontonan yg divisualisasi anak-anak dalam segala bentuknya dewasa ini...sehingga anak-anak Indonesia hanya akan menyimpan hal-hal baik yg telah disaring pada memori alam bawah sadar nya, sehingga mempengaruhi pola pikirnya, perilaku, sikap, pemahaman, prinsip hidupnya kelak dengan catatan, kita; orang dewasa tanpa harus bersikap overprotective, tetapi brsikap sebagai pengawas dan pembimbing.

Nuun wal qalami wamaa yasthuruun...billahi fii sabilil haq, fastabiqul khairat.....

"Merantaulah"; Imam Syafi'i

"Orang berilmu dan beradab tidak akan diam di kampung halaman. Tinggalkan negerimu dan merantaulah ke negeri orang. Merantaulah, kau akan dapatkan pengganti dari kerabat dan kawan. Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang"

"Aku melihat air menjadi rusak karena diam tertahan Jika mengalir menjadi jernih, jika tidak, kan keruh menggenang"

"Singa jika tak tinggalkan sarang tak akan mendapat mangsa. Anak panah jika tidak tinggalkan busur tak akan kena sasaran"

"Jika matahari di orbitnya tidak bergerak dan terus diam. Tentu manusia bosan padanya dan enggan memandang"

"Bijih emas bagaikan tanah biasa sebelum digali dari tambang. Kayu gaharu tak ubahnya seperti kayu biasa jika di dalam hutan"


(Pesan Otentik Imam Syafi'i dalam novel "Negeri 5 Menara"; karya A. Fuadi).

Aku memang bukan pengikut dari salah satu Mazhab, termasuk Imam Syafi'i, aku mengembalikan semuanya pada Al Qur'an dan Al Hadist tanpa harus terikat pada salah satu Mazhab, pendapat siapa yang paling sahih (valid); itu yang ku ikuti, tetapi pesan Imam Syafi'i ini begitu indah...sungguh indah... :)