Halaman

Jumat, 02 Desember 2011

Akar Krisis Dimensional Pada Indonesia Kita Tercinta

Acara-acara televisi...hingga iklan-iklan nya...film produksi dalam negeri...hampir smuanya berisi ataupun setidaknya menyisipkan materi pornografi...hedonisme...kekerasan...kebebasan yg terlampau bebas...tindakan-tindakan amoral...(dengan alasan pangsa pasar yg menghendaki nya, memiliki nilai jual tinggi,menarik minat penonton dg hasil akhir yaitu pemasukan kas yg meroket ataupun kebebasan berpendapat/berekspresi/kebebasan pers/penyiaran yg berlebihan, dsb)...sehingga semuanya banyak tersimpan di alam bwh sadar kita...terutama anak-anak dan remaja...

Sehingga jangan heran kalau terjadi perilaku-perilaku menyimpang di masyarkat kita dewasa ini,rusuh, pengrusakan, kekerasan, perilaku seksual menyimpang, perilaku seks bebas, hingga akhirnya korupsi, kolusi, mafia hukum dsb yg awalnya berasaskan pada hedonisme (perilaku yg mengikuti hawa nafsu secara mutlak; termasuk akan harta sehingga berakhir pada bangsa konsumtif yang hanya bersifat membeli barang-barang produksi bangsa lain, dengan hanya bisa memproduksi sedikit barang-barang yang kompetitif secara mandiri, mencari uang dengan menjual hasil alamnya tanpa mempedulikan lingkungan dan tanpa bs mensejahterakan masyarkat sekitarnya dan bangsa ini secara utuh, karna perjanjian yg sangat tidak menguntungkan bangsa Indonesia sendiri, justru menguntungkan pihak-pihak kapitalisme baik luar maupun dlam negeri).

Inilah akar permasalahan krisis multidimensional ini kita selama ini,hingga negara kita susah maju mengimbangi negara-negara lain.

Media kita terlalu liberal...bahkan terlalu dan jauh sangat liberal dibandingkan dengan Amerika Serikat sendiri yang secara tegas membatasi tayangan-tayangan tertentu pada waktu-waktu yang tidak dapat diikuti oleh anak-anak...ataupun memang dibatasi secara mutlak...dan kesadaran orang tua akan pemilahan mana yang layak maupun yg tidak layak dan bersedia mendampingi anak-anak mereka saat menonton televisi, itulah yang terjadi di negara adikuasa yg maha liberal itu telah cukup baik dlm pengawasan medianya maupun penanaman kesadaran akan pentingnya pendampingan orangtua atas tontonan anak-anaknya.

Bagaimana dengan Indonesia? Kebijakan-kebijakan telah dibuat...Komisi Penyiaran telah dibentuk...lembaga sensor telah didirikan...sangsi-sangsi telah ditetapkan...tapi implementasi nya masih sangat dipertanyakan...sehingga sangat tidak efektif di lapangan. 

Akhir kata kesadaran orang tua dan manusia-manusia dewasa lainnya sangat diperlukan pada keadaan bangsa kita sekarang ini dalam pengawasan,pendampingan, dan memberikan pemahaman-pemahaman akan tontonan yg divisualisasi anak-anak dalam segala bentuknya dewasa ini...sehingga anak-anak Indonesia hanya akan menyimpan hal-hal baik yg telah disaring pada memori alam bawah sadar nya, sehingga mempengaruhi pola pikirnya, perilaku, sikap, pemahaman, prinsip hidupnya kelak dengan catatan, kita; orang dewasa tanpa harus bersikap overprotective, tetapi brsikap sebagai pengawas dan pembimbing.

Nuun wal qalami wamaa yasthuruun...billahi fii sabilil haq, fastabiqul khairat.....

Tidak ada komentar: