Halaman

Selasa, 20 Desember 2016

Pencegahan Infeksi Daerah Operasi (IDO) pada fase Pra-Operasi


Healthcare Associated Infections (HAIs) yang pada masa lampau dikenal dengan istilah “infeksi nosokomial” adalah kejadian infeksi yang didapat di pelayanan kesehatan di mana tidak adanya masa inkubasi saat pasien masuk dan terjadi  setelah pasien dirawat dan/atau pulang,  hingga 30 hari apabila tanpa implant dan 90 hari dengan implant.


Infeksi Daerah Operasi (IDO) / Surgical Site Infections (SSI) atau dulu dikenal sebagai Infeksi Luka Operasi (ILO) adalah suatu kejadian yang merupakan bagian utama dari HAIs itu sendiri.

Dan di negara berkembang; seperti Indonesia, risiko HAIs dan IDO meningkat 20 kali lebih tinggi kemungkinannya dari negara maju. Yang berarti sangat mengkhawatirkan keadaanya; karena negara maju sekelas Inggris saja angka IDO nya adalah 15.9%, sedangkan Indonesia tidak terdapat data terpadu tentang kasus HAIs sehingga sulit untuk mengetahuinya secara pasti.

Untuk mencegah IDO ada beberapa tahapan dari sekain banyak tahapan, seperti tahapan Pre-Op, Intra Op, Post-Op, dan tak terkecuali alat-bahan-sarana-prasarana yang harus disiapkan dengan perlakuan khusus.


Pada tulisan saya kali ini, kita akan membahas pencegahan IDO pada fase Pre-Operasi



Pencegahan IDO pada fase Pre-Operasi

Pencegahan IDO pada fase pre-operasi adalah fase penting untuk menyiapkan pasien yang akan dilakukan operasi agar tidak menderita IDO setelah mendapatkan perlakuan bedah.
Apa saja yang harus dilakukan untuk pasien pre-operasi untuk mencegah IDO?
Yang paling mendasar kita perlu perhatikan pada pasien pre-operasi adalah Bundles CATS untuk mencegah IDO.


Apa itu CATS? Kucing? Betul mungkin kucing. J seperti apakah CATS itu? Berikut uraiannya:

Clippers.
Rambut / bulu tidak perlu dicukur, kecuali menghalangi/mengganggu lapangan operasi. Dan apabila diperlukan pencukuran, pencukuran disarankan  untuk menggunakan Electircal Clippers dengan kepala cukur sekali pakai (single use) yang dapat diganti.

Jangan mencukur dengan silet atau pencukur kumis yang berbahan silet / razor, karena dapat mengakibatkan menyebabkan lecet/iritasi yang dapat mengarah pada IDO.

Hasil penelitian Seropian pada 1971
Mencukur dengan razor  dapat meningkatkan risiko infeksi sebanyak 1,3%. Sedangkan mencukur dg Electrical Clippers hanya berisiko sebanyak 0.4% pada IDO.


Dan Semakin jauh jarak antara pencukuran dan saat operasi, semakin meningkatkan risiko IDO. Saat terbaik untuk mencukur menurut penelitian oleh Seropian & Reynolds adalah beberapa saat sebelum operasi, yang risikonya hanya setinggi 3.1%. Sedangkan mencukur pada ≤ 24 jam sebelum operasi meningkatkan risiko IDO sebanyak 7.1% dan yang tertinggi adalah mencukur >24 jam sebelum operasi setinggi 20%


Tingkat risiko IDO/SSI dengan razor dan clipper

Antibiotics
Apabila diperlukan, diberikan antibiotik profilaktik sebelum operasi.

Waktu pemberian antibiotik profilaksis adalah adalah 1 jam sebelum operasi/insisi. Karena 1 jam setelah pemberian adalah waktu obat bereaksi mencapai kadar efektif dalam jaringan untuk menghambat pertumbuhan bakteri.

Pemberian adalah pemberian tunggal (sekali pemberian). Dosis pemberian sama dengan dosis terapeutik.

Frekuensi pemberian antibiotik profilaksis dapat diulang apabila operasi lebih dari 3 jam dan/atau terjadi perdarahan lebih dari 1.500 ml.

Dan dapat diperpanjang pemberiannya hingga 24 jam post-operasi. Dan tidak lebih dari 24 jam tersebut pemberian antibiotik profilaktik pada kasus bedah yang secara klinis tidak memperlihatkan tanda infeksi.

Antibiotik profilaksis tidak berlaku pada operasi kotor dengan infeksi, yaitu; perforasi traktus digestivus, traktus urogenitalis atau traktus respiratorius yang terinfeksi ataupun operasi yang melewati daerah purulen (inflamasi bakterial), atau operasi luka terbuka > 4 jam atau jaringan non vital yang luas atau nyata kotor.

Pada kasus operasi kotor dengan infeksi antibiotik yang diberikan adalah antibiotik  terapi, baik pada pre dan post operasi. Dan diupayakan pemberian antibiotik berdasarkan pendekatan definitif dan berdasarkan peta kuman rumah sakit.


Temperature
Pasien sebelum dilakukan operasi harus dipastikan suhunya dalam keadaan suhu normal tubuh (Normothermi 36,5o C-37,5o C), termasuk saat intra dan post operasi. Tidak boleh hipotermi dan/ataupun hipertermi, baik selama pre-op, intra-op dan post-op.

Hipotermi dapat meningkatkan risiko infeksi 2 kali lipat. Maka pasien dalam suhu kamar operasi yang dingin, sebaiknya dihangatkan dalam batasan capaian suhu normothermi tubuh pasien untuk menghindari berkembangnya risiko penginkatan IDO dengan menggunakan Intraoperative/warming  blankets.


Intraoperative/warming  blankets.

Sugar
Gula darah harus dipastikan sebelum operasi dalam batas normal (<200 dl="" font="" mg="">

Apabila gula darah tinggi/rendah, segera koreksi untuk mencegah kemungkinan-kemungkinan yang tidak diinginkan dalam keadaan pre-post-operasi.

Secara garis besar, CATS adalah pencegahan IDO yang paling utama. Karena IDO paling terpengaruh dari CATS.




Sedangkan tambahan lainnya dalam pencegahan IDO adalah sebagai berikut:
  • Saat ditemukan tanda infeksi, kalau memungkinkan untuk mengobati terlebih dahulu penyakit infeksinya. Sehingga tidak akan berpengaruh pada  hasil operasi.
  • Pasien mandi pre-operasi sore sehari sebelumnya dan pagi pada saat akan operasi. Pasien mandi dengan cairan sabun chlorhexidin 2-4%. Begitupun pada pasien dengan hambatan mobilitas, tetap melakukan mandi dengan bed bath (diseka) dengan cairan sabun chlorhexidin 2-4%.Dengan sifat antimikroba dan residu yang dimiliki chlorhexidin diharapkan akan menurukan jumlah mikroba di permukaan tubuh pasien dan mencegahnya bereplikasi sebagai efek dari residual chlorhexidin. Yang pada akhirnya bertujuan untuk mencegah IDO.



Contoh tissue penyeka/mandi pasien mengandung Chlorhexidine 2%

  • Menyarankan pasien operasi elektif untuk berhenti merokok 30 hari sebelum operasi. Karena rokok menurunkan distribusi oksigen dan mengganggu sistem cardio-pulmonary, yang dapat mengganggu proses pemulihan yang berujung kepada lambatnya penyembuhan luka dan mengarah pada IDO.
  • Masa rawat inap sesingkat mungkin dan cukup waktu untuk persiapan operasi yang memadai dan post-operasi. Sehingga interaksi dengan lingkungan pelayanan kesehatan dapat dikurangi. Hal ini perlu karena semakin lama kontak dengan lingkungan pelayanan kesehatan, risiko infeksi semakin meningkat. Sebab lingkungan rumah sakit adalah lingkungan infeksius yang dikendalikan sedemikian rupa, sehingga tidak menyebabkan infeksi tetapi tetap berisiko tinggi terhadap HAIs.



Demikian sekelumit pembahasan mendasarkan tentang pencegahan Infeksi Daerah Operasi (IDO) / Surgical Site Infections (SSI) dengan menggunakan bundles CATS dan sedikit tambahan lainnya untuk pencegahan IDO/SSI. Semoga tulisan ringan ini dapat membawa manfaat bagi praktisi kesehatan yang sering terlibat dalam kasus infeksi dan bagi yang terlibat dalam proses tindakan operasi serta bagi level manajerial dapat memahami keperluan dan urgensi dari pencegahan dan pengendalian kasus IDO.

IDO bukan lagi menjadi momok dan disembunyikan data dan keberadaannya, tetapi harus diketahui “keberadaannya” dan dicegah-kendalikan agar tidak sampai terjadi IDO dengan segala kebijakan, kelengkapan alat-bahan-fasilitasnya dan dengan pendidikan-pelatihan yang tepat untuk mencapai pelayanan yang tepat guna, sehingga tidak boros dan memberikan image negatif bagi pihak pemberi pelayanan kesehatan.

Mari bersama kita cegah dan kendalikan Healthcare Associated Infections (HAIs) demi pelayanan kesehatan Indonesia yang lebih baik. Salam PPI!


Tidak ada komentar: