Ringkasan dari buku “Mawaridul Aman Al-Muntaqa min Ighatsatil
Lahfan” karya Abul Hari Al-halabi Al-Atsari Ali bin Hasan bin Ali bin Ali
bin Abdul Hamid
Yang adalah ringkasan dari
buku “Ighatsatul Lahfan min Mashasyidisy
Syaithan” karya Syaikh Ibnul Qayyim al-Jauziyah
Pembagian Hati
yang Sehat, Sakit dan Mati.
A. Hati yang sehat adalah hati yang
bersih.
“(Yaitu) di hari harta dan
anak-anak laki-laki tiada lagi berguba kecuali orang-orang yang menghadap Allah
dengan hati yang bersih.” (Asy-Syu’ara: 88-89).
Disebut Qalbun
Salim (hati yang bersih, sehat) karena sifat bersih dan sehat telah menyatu
dengan hatinya. Di samping itu, ia juga merupakan lawan dari sakit dan aib.
Syaikh Ibnul Qayyim merangkum pengertian qalbun salim dari sekian banyak
pengertian dalam buku beliau ini, yaitu; qalbun
salim adalah hati yang selamat dari menjadikan sekutu untuk Allah dengan
alasan apapun. Ia hanya mengikhlaskan penghambaan dan ibadah kepada Allah SWT
semata, baik dalam kehendak, cinta, tawakal,
inabah (kembali), merendahkan diri, khasyyah (takut). Raja’ (pengharapan) dan ia mengikhlaskan amalnya untuk Allah
semata. Dan ia harus selamat dari ketundukan serta berhukum kepada selain
Rasulullah SAW.
“Hai orang-orang yang
beriman, jangan lah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya.” (Al-Hujurat: 1).
Artinya, janganlah engkau berkata sebelum ia
mengatakannya, janganlah berbuat sebelum dia memerintahkannya.
Sebagian salaf berkata: “tidaklah suatu perbuatan
betapapun kecilnya, kecuali akan dihadapkan pada dua pertanyaan: kenapa dan
bagaimana?”
Maksudnya ialah mengapa engkau melakukannya dan bagaimana engkau
melakukannya?
1. Pertanyaan “kenapa?” menanyakan tentang
sebab perbuatan / motivasi, apakah tujuan jangka pendek, berharap pujian dst.
Atau untuk melakukan hak ubudiyah
(penghambaan), mencari cinta Allah, dst.
Intinya: apakah engkau melakukannya untuk Tuhanmu
atau kepentingan hawa nafsumu?
2. Pertanyaan kedua merupakan pertanyaan mutaba’ah (mengikuti) Rasulullah SAW
dalam ibadah tsb. Apakah perbuatan tsb termasuk disyariatkan kepadamu melalui
lisan Rasul-Ku atau ia merupakan amalan yang tidak aku syari’atkan dan tidak
aku Ridhai?
Allah tidak menerima
suatu amal pun kecuali dengan syarat keduanya (ikhlas dan mutaba’ah).
Maka ikhlaskan hati atas amal hanya karena Allah
semata. Dan realisasikan mutaba’ah kepada tuntunan Rasulullah. Inilah hakikat
keselamatan hati yang menjamin keselamatan dan kebahagiaan.
B. Hati Yang Mati
Ia tidak mengetahui
Tuhannya, tidak menyembahnya sesuai dengan yang dicintainya dan diridhai-Nya.
Ia selalu mengikuti hawa
nafsunya. Ia tidak perduli apakah Tuhannya ridha ataupun murka, ia menghamba
kepada selain pada Allah SWT.
Ia lebih mengutamakan dan mencintai hawa nafsunya
daripada keridhaan Allah.
Ia terbuai dengan fikiran untuk mendapatkan
tujuan-tujuan duniawi, mabuk olej hawa nafsu dan kesenangan dini.
Membaur dengan orang yang memiliki hati semacam
ini adalah penyakit, bergaul dengannya adalah racun dan menemaninya adalah
kehancuran.
C. Hati Yang Sakit
Hati yang sakit adalah hati
yang hidup, tetapi sakit. Ia memiliki dua materi yang salinh tarik-menarik. Ketika
ia memenangkan pertarungan, maka di dalam hatinya terdapat kecintaan pada Allah
SWT. Di dalamnya juga terdapat kecintaan pada nafsu, dengki, takabur, bangga
diri, kekacauan dan kebinasaan. Ia diuji oleh dua penyeru: yang satu menyeru
pada Allah dan Rasul-Nya, sedang yang lainnya menyeru pada kenikmatan sesaat.
Allah menjelaskan ketiga
jenis hati ini dalam firman-Nya:
“Dan
Kami tidak mengutus seorang rasul pun dan tidak (pula) seorang nabi, melainkan
dia mempunyai sesuatu keinginan. Syaitan pun memasukkan godaan-godaan terhadap
keinginan-keinginan itu. Allah menghilangkan apa yang dimasukkan oleh syaitan
itu dan Allah menguatkan ayat-ayat-Nya. Dan Allah Maha Mengetahui lahi Maha
Bijaksana, agar Dia menjadikan apa yang dimasukkan oleh syaitan itu, cobaan
bagi orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan kasar hatinya. Dan
sesungguhnya orang-orang zalim itu, benar-benar dalam permusuhan yang sangat
dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu meyakini bahwa Al-Qur’an itu lah
yang haq dari Tuhanmu lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepadanya dan
sesungguhnya Allah Maha Pemberi Petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada
jalan yang lurus.” (Al-Hajj:
52-54).
Dalam ayat ini Allah membagi hati menjadi 3 macam:
Dua hati yang terkena fitnah dan satu hati
yang selamat. Dua hati yang terkena fitnah adalah hati yang dalam hatinya ada
penyakit dan hati yang keras (mati) dan hati yang selamat adalah hati
orang-orang mukmin.
Hati terbagi menjadi 3 macam:
1.
Hati
yang sehat dan selamat, yaitu hati yang selalu menerima, mencintai dan
mendahulukan kebenaran dan taat.
2.
Hati
yang keras, yaitu hati yang tidak menerima dan taat pada kebenaran.
3.
Hati
yang sakit, yang jika penyakitnya sedang kembali maka hatinya keras dan mati dan
jika ia mengalahkan penyakit hati nya maka hatinya menjadi sehat dan selamat.
Hudzaifah bin Al-Yamani RA
berkata;
“Rasulullah
SAW bersabda: ‘Fitnah-fitnah itu menempel ke dalam hati seperti tikar (yang
dianyam), sebatang-sebatang. Hati siapa yang mencintainya, niscaya timbul
noktah hitam dalam hatinya. Dan hati siapa yang mengingkarinya, niscaya timbul
noktah putih di dalamnya, sehingga menjadi dua hati (yang berbeda). (Yang
satunya hati) hitam legam seperti cangkir yang terbalik, tidak mengetahui
kebaikan, tidak pula mengingkari kemungkaran, kecuali yang dicintai oleh hawa
nafsunya. (Yang satunya hati) putih, tak ada fitnah yang membahayakannya selama
masih ada langit dan bumi.’” ( HR Muslim ).
Beliau menyamakan hati yang
sedikit demi sedikit terkena fitnah seperti anyaman tikar, yang menyerap
kejahatan sedikit demi sekiti.
Beliau membagi hati dalam
menyikapi fitnah dalam dua macam:
1.
Hati
yang bila dihadapkan dengan fitnah serta merta mencintainya. Demikian lah ia
menyerap fitnah yang dihadapkan kepadanya hingga hatinya muncul noktah hitam
hingga hatinya hitam legam. Apabila hati telah mencapai derajat ini, ia
dihadapkan pada dua bencana dan penyakit yang berbahaya, yaitu;
Pertama, ia
memandang sesuatu yang baik dengan yang buruk. Ia tidak tahu mana yang baik dan
mana yang buruk. Bahkan apabila telah sangat parah, ia akan mengira yang baik
itu buruk dan sebaliknya, yang buruk itu baik.
Kedua, ia menjadikan
hawa nafsu sebagai pedomannya. Tunduk dan mengikuti hawa nafsu.
2.
Hati
putih yang memancarkan cahaya iman. Jika fitnah dihadapkan padanya ia
mengingkari dan menolaknya, sehingga hatinya pun menjadi semakin bercahaya,
memancarkan sinar dan semakin kokoh.
Para Sahabat Radhiyallahu Anhum membagi hati menjadi
empat macam. Demikian seperti disebutkan dalam riwayat shahih dari Hudzaifah bin Al-Yamin:
“Hati
itu ada empat macam; pertama, hati murni yang di dalamnya ada pelita yang
menyala, itulah hati orang Mukmin. Kedua, hati yang tertutup, itulah hati orang
kafir. Ketiga, hati yang terbalik, ia melihat tetapi membuta. Dan terakhir hati
yang terdiri dari dua materi: iman dan kemunafikan, mana yang menang dalam
pergulatan itulah yang menguasai.” ( HR Ahmad ).
Yang dimaksud dengan hati
murni adalah hati yang bebas dari selain Allah dan Rasul-Nya. Ia bebas selamat
dari selain kebenaran.
Hati orang kafir disebut
sebagai hati yang tertutup karena hatinya tertutup dari cahaya ilmu dan iman,
sebagaimana firman Allah:
“Mereka
berkata, ‘hati kami tertutup.’” (Al-Baqarah: 88).
Penutup itu Allah letakkan
di atas hati mereka sebagai siksaan karena penolakan mereka terhadap kebenaran.
Hatinya adalah ahti yang mati, pendengarannya tuli, penglihatannya buta. Dan
semua itu adalah dinding yang menutupinya dari penglihatan.
“Dan
bila kamu membaca Al-Qur’an, niscaya Kami adakan antara kamu dan orang-orang
yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, suatu dinding yang tertutup dan
Kami adakan di atas hati mereka dan sumbatan di telinga mereka agar mereka
dapat memahaminya.”
(Al-Isra’: 45-46).
Bila disebutkan pengesaan
tauhid dan pengesaan mutaba’ah (ketaatan)
maka orang-orang ini akan segera lari menjauhi.
Hati orang munafik disebut
hati yang terbalik, sebagaimana firman Allah:
“Maka mengapa kamu
(terpecah) menjadi dua golongan dalam (menghadapi) orang-orang munafik, padahal
Allah telah membalikkan mereka pada kekafiran disebabkan oleh usaha mereka
sendiri.” (An-Nisa’:88).
Maksudnya Allah membalikkan dan mengembalikan
mereka pada kebatilan yang dahulu mereka berada di dalamnya, disebabkan oleh
usaha dan perbuatan mereka yang salah. Inilah sejahat-jahatnya dan
seburuk-buruknya hati. Ia percaya kebatilan adalah benar dan setia kepada para
pengikut kebatilan. Dan sebaliknya percaya yang haq itu adalah batil dan
memusuhi orang-orang yang mengikuti kebenaran. Wallahul Musta’an (hanya kepada Allah kita memohon pertolongan).
Hati yang terdapat dua materi adalah hati yang
imannya belum mantap dan pelitanya belum menyala. Ia adalah hati yang berisi
materi kebenaran dan yang sebalikknya. Terkadang ia lebih dekat dengan
kekafiran daripada keimanan serta sebaliknya. Ia akan dikuasai oleh yang
memenangkan pergulatan antara keduanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar