Halaman

Jumat, 16 Desember 2016

3 Jenis Hati dalam Keimanan


Ringkasan dari buku “Mawaridul Aman Al-Muntaqa min Ighatsatil Lahfan” karya Abul Hari Al-halabi Al-Atsari Ali bin Hasan bin Ali bin Ali bin Abdul Hamid
Yang adalah ringkasan dari buku “Ighatsatul Lahfan min Mashasyidisy Syaithan” karya Syaikh Ibnul Qayyim al-Jauziyah

Pembagian Hati yang Sehat, Sakit dan Mati.
A.   Hati yang sehat adalah hati  yang bersih.
“(Yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tiada lagi berguba kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.” (Asy-Syu’ara: 88-89).
Disebut Qalbun Salim (hati yang bersih, sehat) karena sifat bersih dan sehat telah menyatu dengan hatinya. Di samping itu, ia juga merupakan lawan dari sakit dan aib.
Syaikh Ibnul Qayyim merangkum pengertian qalbun salim dari sekian banyak pengertian dalam buku beliau ini, yaitu; qalbun salim adalah hati yang selamat dari menjadikan sekutu untuk Allah dengan alasan apapun. Ia hanya mengikhlaskan penghambaan dan ibadah kepada Allah SWT semata, baik dalam kehendak, cinta, tawakal, inabah (kembali), merendahkan diri, khasyyah (takut). Raja’ (pengharapan) dan ia mengikhlaskan amalnya untuk Allah semata. Dan ia harus selamat dari ketundukan serta berhukum kepada selain Rasulullah SAW.
“Hai orang-orang yang beriman, jangan lah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya.” (Al-Hujurat: 1).
Artinya, janganlah engkau berkata sebelum ia mengatakannya, janganlah berbuat sebelum dia memerintahkannya.


Sebagian salaf berkata: “tidaklah suatu perbuatan betapapun kecilnya, kecuali akan dihadapkan pada dua pertanyaan: kenapa dan bagaimana?”
Maksudnya ialah mengapa engkau melakukannya dan bagaimana engkau melakukannya?
1.      Pertanyaan “kenapa?” menanyakan tentang sebab perbuatan / motivasi, apakah tujuan jangka pendek, berharap pujian dst. Atau untuk melakukan hak ubudiyah (penghambaan), mencari cinta Allah, dst.
Intinya: apakah engkau melakukannya untuk Tuhanmu atau kepentingan hawa nafsumu?
2.      Pertanyaan kedua merupakan pertanyaan mutaba’ah (mengikuti) Rasulullah SAW dalam ibadah tsb. Apakah perbuatan tsb termasuk disyariatkan kepadamu melalui lisan Rasul-Ku atau ia merupakan amalan yang tidak aku syari’atkan dan tidak aku Ridhai?
Allah tidak menerima suatu amal pun kecuali dengan syarat keduanya (ikhlas dan mutaba’ah).
Maka ikhlaskan hati atas amal hanya karena Allah semata. Dan realisasikan mutaba’ah kepada tuntunan Rasulullah. Inilah hakikat keselamatan hati yang menjamin keselamatan dan kebahagiaan.
B.   Hati Yang Mati
Ia tidak mengetahui Tuhannya, tidak menyembahnya sesuai dengan yang dicintainya dan diridhai-Nya.
Ia selalu mengikuti hawa nafsunya. Ia tidak perduli apakah Tuhannya ridha ataupun murka, ia menghamba kepada selain pada Allah SWT.
Ia lebih mengutamakan dan mencintai hawa nafsunya daripada keridhaan Allah.
Ia terbuai dengan fikiran untuk mendapatkan tujuan-tujuan duniawi, mabuk olej hawa nafsu dan kesenangan dini.
Membaur dengan orang yang memiliki hati semacam ini adalah penyakit, bergaul dengannya adalah racun dan menemaninya adalah kehancuran.
C.    Hati Yang Sakit
Hati yang sakit adalah hati yang hidup, tetapi sakit. Ia memiliki dua materi yang salinh tarik-menarik. Ketika ia memenangkan pertarungan, maka di dalam hatinya terdapat kecintaan pada Allah SWT. Di dalamnya juga terdapat kecintaan pada nafsu, dengki, takabur, bangga diri, kekacauan dan kebinasaan. Ia diuji oleh dua penyeru: yang satu menyeru pada Allah dan Rasul-Nya, sedang yang lainnya menyeru pada kenikmatan sesaat.
Allah menjelaskan ketiga jenis hati ini dalam firman-Nya:
“Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun dan tidak (pula) seorang nabi, melainkan dia mempunyai sesuatu keinginan. Syaitan pun memasukkan godaan-godaan terhadap keinginan-keinginan itu. Allah menghilangkan apa yang dimasukkan oleh syaitan itu dan Allah menguatkan ayat-ayat-Nya. Dan Allah Maha Mengetahui lahi Maha Bijaksana, agar Dia menjadikan apa yang dimasukkan oleh syaitan itu, cobaan bagi orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan kasar hatinya. Dan sesungguhnya orang-orang zalim itu, benar-benar dalam permusuhan yang sangat dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu meyakini bahwa Al-Qur’an itu lah yang haq dari Tuhanmu lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepadanya dan sesungguhnya Allah Maha Pemberi Petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus.” (Al-Hajj: 52-54).
Dalam ayat ini Allah membagi hati menjadi 3 macam:
Dua hati yang terkena fitnah dan satu hati yang selamat. Dua hati yang terkena fitnah adalah hati yang dalam hatinya ada penyakit dan hati yang keras (mati) dan hati yang selamat adalah hati orang-orang mukmin.
Hati terbagi menjadi 3 macam:
1.      Hati yang sehat dan selamat, yaitu hati yang selalu menerima, mencintai dan mendahulukan kebenaran dan taat.
2.      Hati yang keras, yaitu hati yang tidak menerima dan taat pada kebenaran.
3.      Hati yang sakit, yang jika penyakitnya sedang kembali maka hatinya keras dan mati dan jika ia mengalahkan penyakit hati nya maka hatinya menjadi sehat dan selamat.

Hudzaifah bin Al-Yamani RA berkata;
“Rasulullah SAW bersabda: ‘Fitnah-fitnah itu menempel ke dalam hati seperti tikar (yang dianyam), sebatang-sebatang. Hati siapa yang mencintainya, niscaya timbul noktah hitam dalam hatinya. Dan hati siapa yang mengingkarinya, niscaya timbul noktah putih di dalamnya, sehingga menjadi dua hati (yang berbeda). (Yang satunya hati) hitam legam seperti cangkir yang terbalik, tidak mengetahui kebaikan, tidak pula mengingkari kemungkaran, kecuali yang dicintai oleh hawa nafsunya. (Yang satunya hati) putih, tak ada fitnah yang membahayakannya selama masih ada langit dan bumi.’” ( HR Muslim ).
Beliau menyamakan hati yang sedikit demi sedikit terkena fitnah seperti anyaman tikar, yang menyerap kejahatan sedikit demi sekiti.
Beliau membagi hati dalam menyikapi fitnah dalam dua macam:
1.      Hati yang bila dihadapkan dengan fitnah serta merta mencintainya. Demikian lah ia menyerap fitnah yang dihadapkan kepadanya hingga hatinya muncul noktah hitam hingga hatinya hitam legam. Apabila hati telah mencapai derajat ini, ia dihadapkan pada dua bencana dan penyakit yang berbahaya, yaitu;
Pertama, ia memandang sesuatu yang baik dengan yang buruk. Ia tidak tahu mana yang baik dan mana yang buruk. Bahkan apabila telah sangat parah, ia akan mengira yang baik itu buruk dan sebaliknya, yang buruk itu baik.
Kedua, ia menjadikan hawa nafsu sebagai pedomannya. Tunduk dan mengikuti hawa nafsu.
2.      Hati putih yang memancarkan cahaya iman. Jika fitnah dihadapkan padanya ia mengingkari dan menolaknya, sehingga hatinya pun menjadi semakin bercahaya, memancarkan sinar dan semakin kokoh.
Para Sahabat Radhiyallahu Anhum membagi hati menjadi empat macam. Demikian seperti disebutkan dalam riwayat shahih dari Hudzaifah bin Al-Yamin:
“Hati itu ada empat macam; pertama, hati murni yang di dalamnya ada pelita yang menyala, itulah hati orang Mukmin. Kedua, hati yang tertutup, itulah hati orang kafir. Ketiga, hati yang terbalik, ia melihat tetapi membuta. Dan terakhir hati yang terdiri dari dua materi: iman dan kemunafikan, mana yang menang dalam pergulatan  itulah yang menguasai.” ( HR Ahmad ).
Yang dimaksud dengan hati murni adalah hati yang bebas dari selain Allah dan Rasul-Nya. Ia bebas selamat dari selain kebenaran.
Hati orang kafir disebut sebagai hati yang tertutup karena hatinya tertutup dari cahaya ilmu dan iman, sebagaimana firman Allah:
“Mereka berkata, ‘hati kami tertutup.’” (Al-Baqarah: 88).
Penutup itu Allah letakkan di atas hati mereka sebagai siksaan karena penolakan mereka terhadap kebenaran. Hatinya adalah ahti yang mati, pendengarannya tuli, penglihatannya buta. Dan semua itu adalah dinding yang menutupinya dari penglihatan.
“Dan bila kamu membaca Al-Qur’an, niscaya Kami adakan antara kamu dan orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, suatu dinding yang tertutup dan Kami adakan di atas hati mereka dan sumbatan di telinga mereka agar mereka dapat memahaminya.” (Al-Isra’: 45-46).
Bila disebutkan pengesaan tauhid dan pengesaan mutaba’ah (ketaatan) maka orang-orang ini akan segera lari menjauhi.
Hati orang munafik disebut hati yang terbalik, sebagaimana firman Allah:
“Maka mengapa kamu (terpecah) menjadi dua golongan dalam (menghadapi) orang-orang munafik, padahal Allah telah membalikkan mereka pada kekafiran disebabkan oleh usaha mereka sendiri.” (An-Nisa’:88).
Maksudnya Allah membalikkan dan mengembalikan mereka pada kebatilan yang dahulu mereka berada di dalamnya, disebabkan oleh usaha dan perbuatan mereka yang salah. Inilah sejahat-jahatnya dan seburuk-buruknya hati. Ia percaya kebatilan adalah benar dan setia kepada para pengikut kebatilan. Dan sebaliknya percaya yang haq itu adalah batil dan memusuhi orang-orang yang mengikuti kebenaran. Wallahul Musta’an (hanya kepada Allah kita memohon pertolongan).
Hati yang terdapat dua materi adalah hati yang imannya belum mantap dan pelitanya belum menyala. Ia adalah hati yang berisi materi kebenaran dan yang sebalikknya. Terkadang ia lebih dekat dengan kekafiran daripada keimanan serta sebaliknya. Ia akan dikuasai oleh yang memenangkan pergulatan antara keduanya.

Tidak ada komentar: